Sponsor

Minggu, 09 Oktober 2016

Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno

Peninggalan kerajaan mataram kuno Candi candi yang tersebar di jawa tengah dan jogjakarta.Salah satu peninggalannya adalah candi Prambanan.candi prambanan di bangun pada masa kerajaan mataram kuno.Selain itu juga candi di pegunungan dieng.Candi di dieng merupakan komplek candi yang berisi beberapa candi di antaranya candi arjuna dan candi bima.Objek wisata ini sangat terkenal di jawa tengah.Candi prambanan,candi Kalasan,Candi Mendut.
  • Proses Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno

Pada abad ke-8 Masehi di pedalaman Jawa Tengah berdiri Kerajaan Mataram Hindu. Pendirinya adalah Raja Sanjaya. Munculnya Kerajaan Mataram diterangkan dalam Carita Parahyangan. Kisahnya adalah dahulu ada sebuah kerajaan di Jawa Barat bernama Galuh. Rajanya bernama Sanna (Sena). Suatu ketika, ia diserang oleh saudaranya yang menghendaki takhta.

Raja Sanna meninggal dalam peristiwa tersebut, sementara saudara perempuannya, Sannaha, bersama keluarga raja yang lainnya berhasil melarikan diri ke lereng Gunung Merapi. Anak Sannaha, Sanjaya, di kemudian hari mendirikan Kerajaan Mataram dengan ibu kota Medang ri Poh Pitu. Tepatnya pada tahun 717 Masehi .
  • Bukti-bukti sejarah kerajaan mataram kuno

Bukti lain mengenai keberadaan Kerajaan Mataram Hindu atau sering juga disebut Mataram Kuno adalah prasasti Canggal yang dikeluarkan oleh Sanjaya. Prasasti ini berangka tahun Cruti Indria Rasa atau 654 Saka (1 Saka sama dengan 78 Masehi, berarti 654 Saka sama dengan 732 M), hurufnya Pallawa, bahasanya Sanskerta, dan letaknya di Gunung Wukir, sebelah selatan Muntilan.

Isinya adalah pada tahun tersebut Sanjaya mendirikan lingga di Bukit Stirangga untuk keselamatan rakyatnya dan pemujaan terhadap Syiwa, Brahma, dan Wisnu, di daerah suci Kunjarakunja. Menurut para ahli sejarah, yang dimaksud Bukit Stirangga adalah Gunung Wukir dan yang dimaksud Kunjarakunja adalah Sleman (kunjara = gajah = leman; kunja = hutan). Lingga adalah simbol yang menggambarkan kekuasaan, kekuatan, pemerintahan, lakilaki, dan dewa Syiwa.
  • Pemerintahan wangsa Sanjaya

Raja-raja wangsa Sanjaya, seperti dimuat dalam prasasti Mantyasih (Kedu), sebagai berikut.

1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (717 – 746 M)
Raja ini adalah pendiri Kerajaan Mataram sekaligus pendiri wangsa Sanjaya.Setelah wafat, ia digantikan oleh Rakai Panangkaran.
2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran (746 – 784 M)
Dalam prasasti Kalasan tahun 778 Masehi  diceritakan bahwa Rakai Panangkaran  yang di persamakan dengan Panamkaran Pancapana. mendirikan candi Kalasan untuk memuja Dewi Tara, istri Bodhisatwa Gautama, dan candi Sari untuk dijadikan wihara bagi umat Buddha atas permintaan Raja Wisnu dari dinasti Syailendra.

Ini menunjukkan bahwa pada masa pemerintahan raja ini datanglah dinasti Syailendra dipimpin rajanya, Bhanu (yang kemudian digantikan Wisnu), dan menyerang wangsa Sanjaya hingga melarikan diri ke Dieng, Wonosobo. Selain itu, Raja Panangkaran juga dipaksa mengubah kepercayaannya dari Hindu ke Buddha. Adapun penerus wangsa Sanjaya setelah Panangkaran tetap beragama Hindu.
3. Sri Maharaja Rakai Panunggalan tahun 784 – 803 Masehi
4..Sri Maharaja Rakai Warak tahun 803 – 827 Masehi
Dua raja ini tidak memiliki peran yang berarti, mungkin karena kurang cakap dalam memerintah sehingga dimanfaatkan oleh dinasti Syailendra untuk berkuasa atas Mataram. Setelah Raja Warak turun takhta sebenarnya sempat digantikan seorang raja wanita, yaitu Dyah Gula tahun 827 – 828 Masehi , namun karena kedudukannya hanya bersifat sementara maka jarang ada sumber sejarah yang mengungkap peranannya atas Mataram Hindu.
5). Sri Maharaja Rakai Garung tahun 828 – 847 Masehi
Raja ini beristana di Dieng, Wonosobo. Ia mengeluarkan prasasti Pengging 819 Masehi  di mana nama Garung disamakan dengan Patapan Puplar .mengenai Patapan Puplar diceritakan dalam prasasti Karang Tengah – Gondosuli.Garung juga menjadi salah satu kecamatan di wonosobo yang berdekatan dengan dieng.
6. Sri Maharaja Rakai Pikatan  tahun 847 – 855 Masehi
Raja Pikatan berusaha keras mengangkat kembali kejayaan wangsa Sanjaya dalam masa pemerintahannya. Ia menggunakan nama Kumbhayoni dan Jatiningrat atau Agastya . Beberapa sumber sejarah yang menyebutkan nama Pikatan sebagai berikut.

a. Prasasti Perot, berangka tahun 850 M, menyebutkan bahwa Pikatan adalah raja yang sebelumnya bergelar Patapan.
b. Prasasti Argopuro yang dikeluarkan Kayuwangi pada tahun 864 M.
c. Tulisan pada sebelah kanan dan kiri pintu masuk candi Plaosan menyebutkannama Sri Maharaja Rakai Pikatan dan Sri Kahulunan. Diduga tulisan tersebut merupakan catatan perkawinan antara Rakai Pikatan dan Sri Kahulunan. Sri Kahulunan diduga adalah Pramodhawardhani, putri Samaratungga, dari dinastiSyailendra. Mengenai pernikahan mereka dikisahkan kembali dalam prasasti Karang Tengah.

Rakai Pikatan sendiri mengeluarkan tiga prasasti berikut.
d. Prasasti Pereng (862 M), isinya mengenai penghormatan kepada Syiwa dan
penghormatan kepada Kumbhayoni.
e. Prasasti Code D 28, berangka tahun Wulung Gunung Sang Wiku atau 778 Saka (856 M). Isinya adalah
1. Jatiningrat (Pikatan) menyerahkan kekuasaan kepada putranya, Lokapala (Kayuwangi dalam prasasti Kedu);
2. Pikatan mendirikan bangunan Syiwalaya (candi Syiwa), yang dimaksud adalah candi Prambanan;
3. kisah peperangan antara Walaputra (Balaputradewa) melawan Jatiningrat (Pikatan) di mana Walaputra kalah dan lari ke Ungaran (Ratu Boko).
f. Prasasti Ratu Boko, berisi kisah pendirian tiga lingga sebagai tanda kemenangan. Ketiga lingga yang dimaksud adalah Krttivasa Lingga Syiwa sebagai petapa berpakaian kulit harimau Tryambaka Lingga Syiwa menghancurkan benteng Tripura yang dibuat raksasa, dan Hara Lingga Syiwa sebagai dewa tertinggi atau paling berkuasa.

Sebagai raja, Pikatan berusaha menguasai seluruh Jawa Tengah, namun harus menghadapi wangsa Syailendra yang saat itu menjadi penguasa Mataram Buddha. Untuk itu, Pikatan menggunakan taktik menikahi Pramodhawardhani, putrid Samaratungga, Raja Mataram dari dinasti Syailendra.

Pernikahan ini memicu peperangan dengan Balaputradewa yang merasa berhak atas tahta Mataram sebagai putra Samaratungga. Balaputradewa kalah dan Rakai Pikatan menyatukan kembali

kekuasaan Mataram di Jawa Tengah.

7. Sri Maharaja Kayuwangi (855 – 885 M)
Nama lain Sri Maharaja Kayuwangi adalah Lokapala. Ia mengeluarkan, antara lain, tiga prasasti berikut.
a. Prasasti Ngabean 879 M, ditemukan dekat Magelang. Prasasti ini terbuat dari tembaga.
b. Prasasti Surabaya, menyebutkan gelar Sajanotsawattungga untuk Kayuwangi.
c. Prasasti Argopuro 863 M, menyebutkan Rakai Pikatan pu Manuku berdampingan dengan nama Kayuwangi.

Dalam pemerintahannya, Kayuwangi dibantu oleh dewan penasihat merangkap staf pelaksana yang terdiri atas lima orang patih. Dewan penasihat ini diketuai seorang mahapatih.

8. Sri Maharaja Watuhumalang tahun 894 – 898 Masehi

Masa pemerintahan Kayuwangi dan penerus-penerusnya sampai masa pemerintahan Dyah Balitung dipenuhi peperangan perebutan kekuasaan. Itu sebabnya, setelah Kayuwangi turun takhta, penggantinya tidak ada yang bertahan lama.

Di antara raja-raja yang memerintah antara masa Kayuwangi dan Dyah Balitung yang tercatat dalam prasasti Kedu adalah Sri Maharaja Watuhumalang. Raja-raja sebelumnya, yaitu Dyah Taguras 885 Masehi, Dyah Derendra 885 – 887 Masehi,

Rakai Gurunwangi 887 Masehi tidak tercatat dalam prasasti tersebut mungkin karena masa pemerintahannya terlalu singkat atau karena Balitung sendiri tidak mau mengakui kekuasaan mereka.

9. Sri Maharaja Watukura Dyah Balitung tahun898 – 913 Masehi
Raja ini dikenal sebagai raja Mataram yang terbesar. Ialah yang berhasil mempersatukan kembali Mataram dan memperluas kekuasaan dari Jawa Tengah sampai ke Jawa Timur. Dyah Balitung menggunakan beberapa nama:

a. Balitung Uttunggadewa tercantum dalam prasasti Penampihan,
b. Rakai Watukura Dyah Balitung tercantum dalam kitab Negarakertagama,
c. Dharmodaya Mahacambhu tercantum dalam prasasti Kedu,
d. Rakai Galuh atau Rakai Halu tercantum dalam prasasti Surabaya.
Prasasti-prasasti yang penting dari Balitung sebagai berikut.
a. Prasasti Penampihan di Kediri 898 M.
b. Prasasti Wonogiri 903 M.
c.Prasasti Mantyasih di Kedu 907 M
d.Prasasti Djedung di Surabaya 910 M.

Sebenarnya, Balitung bukan pewaris takhta Kerajaan Mataram. Ia dapat naiktakhta karena kegagahberaniannya dan karena perkawinannya dengan putri Raja Mataram. Selama masa pemerintahannya, Balitung sangat memerhatikan kesejahteraan rakyat, terutama dalam hal mata pencaharian, yaitu bercocok tanam, sehingga rakyat sangat menghormatinya.

Tiga jabatan penting yang berlaku pada masa pemerintahan Balitung adalah Rakryan i Hino pejabat tertinggi di bawah raja, Rakryan i Halu, dan Rakryan I Sirikan. Ketiga jabatan itu merupakan tritunggal dan terus dipakai hingga zamanKerajaan Majapahit.

Balitung digantikan oleh Sri Maharaja Daksa dan diteruskan oleh Sri Maharaja Tulodhong dan Sri Maharaja Wana. Namun, ketiga raja ini sangat lemah sehingga berakhirlah kekuasaan dinasti Sanjaya.
  • Pemerintahan dinasti Syailendra

Ketika Mataram diperintah oleh Panangkaran (wangsa Sanjaya), datanglah dinasti Syailendra ke Jawa. Ada beberapa pendapat mengenai asal-usul dinasti Syailendra ini. Dr. Majumdar, Nilakanta Sastri, dan Ir. Moens berpendapat bahwa dinasti Syailendra berasal dari India. Adapun Coedes berpendapat bahwa dinasti Syailendra berasal dari Funan. Dinasti ini lalu berhasil mendesak wangsa Sanjaya menyingkir ke Pegunungan Dieng, Wonosobo,

Di wilayah Jawa Tengah bagian utara. Di sanalah wangsa Sanjaya kemudian memerintah. Sementara itu, dinasti Syailendra mendirikan Kerajaan Syailendra Mataram Buddha di wilayah sekitar Yogyakarta dan menguasai Jawa Tengah bagian selatan. Sumber-sumber sejarah mengenai keberadaan dinasti Syailendra sebagai berikut.

1.Prasasti Kalasan 778 M
2.Prasasti Kelurak 782 M
3. Prasasti Ratu Boko 856 M
4. Prasasti Nalanda 860 M
Raja-raja dinasti Syailendra sebagai berikut.
1.Bhanu 752 – 775 M
Bhanu berarti matahari. Ia adalah raja Syailendra yang pertama. Namanya disebutkan dalam prasasti yang ditemukan di Plumpungan 752 M, dekat Salatiga.
2.Wisnu 775 – 782 M
Nama Wisnu disebutkan dalam beberapa prasasti.
a.Prasasti Ligor B menyebutkan nama Wisnu yang dipersamakan dengan matahari, bulan, dan dewa Kama. Disebutkan pula gelar yang diberikan kepada Wisnu, yaitu Syailendravamsaprabhunigadata Sri Maharaja, artinya pembunuh musuh yang gagah berani.
b. Prasasti Kalasan 778 M menyebutkan desakan dinasti Syailendra terhadap Panangkaran.
c. Prasasti Ratu Boko 778 M menyebutkan nama Raja Dharmatunggasraya.
3. Indra 782 – 812 M
Raja Indra mengeluarkan prasasti Kelurak 782 M yang menyebutkan pendirian patung Boddhisatwa Manjusri, yang mencakup Triratna candi Lumbung, Vajradhatu candi Sewu, dan Trimurti candi Roro Jongrang. Setelah wafat, Raja Indra dimakamkan di candi Pawon. Nama lain candi ini adalah candi Brajanala atau Wrajanala. Wrajanala artinya petir yang menjadi senjata dewa Indra.
4) Raja Samaratungga 812 – 832 M

Raja ini adalah raja terakhir keturunan Syailendra yang memerintah di Mataram. Ia mengeluarkan prasasti Karang Tengah yang berangka tahun Rasa Segara Krtidhasa atau 746 Saka 824 M. Dalam prasasti tersebut disebutkan nama Samaratungga dan putrinya, Pramodhawardhani. Disebutkan pula mengenai pendirian bangunan Jimalaya candi Prambanan oleh Pramodhawardhani.

Nama Samaratungga juga disebutkan dalam prasasti Nalanda 860 M yang menceritakan pendirian biara di Nalanda pada masa pemerintahan Raja Dewapaladewa Kerajaan Pala, India. Pada masa pemerintahannya, Samaratungga membangun candi Borobudur yang merupakan candi besar agama Buddha.

Samaratungga kemudian digantikan oleh Rakai Pikatan, suami Pramodhawardhani yang berasal dari wangsa Sanjaya. Kembalilah kekuasaan wangsa Sanjaya atas Mataram Kuno sepenuhnya.
  • Kehidupan ekonomi Kerajaan mataram kuno

Kerajaan Mataram Kuno merupakan negara agraris yang bersifat tertutup. Akibatnya, kerajaan ini sulit berkembang secara ekonomi, terutama karena segi perdagangan dan pelayaran sangat kering. Kejayaan baru diperoleh pada masa pemerintahan Balitung. Ia membangun pusat perdagangan seperti disebutkan dalam prasasti Purworejo 900 Masehi.

Dalam prasasti Wonogiri 903 M diterangkan bahwa desa-desa yang terletak di kanan-kiri Sungai Bengawan Solo dibebaskan dari pajak dengan syarat penduduk desa tersebut harus menjamin kelancaran hubungan lalu lintas melalui sungai.
  • Kehidupan kebudayaan kerajaan mataram kuno

Saat dinasti Sanjaya menyingkir ke Pegunungan Dieng sejak masa Panangkaran hingga Rakai Pikatan, banyak didirikan candi yang kini dikenal sebagai kompleks candi Dieng. Kompleks candi ini, antara lain, terdiri atas candi Bimo, Puntadewa, Arjuna, dan Nakula. Adapun di Jawa Tengah bagian selatan ditemukan candi Prambanan Roro Jonggrang, Sambi Sari, Ratu Boko, dan Gedung Songo Ungaran sebagai hasil budaya Mataram Kuno.

Itulah dia kerajaan mataram kuno sebagai kerajaan hindu dan budha di indonesia yang terbesar.Hal ini bisa kita lihat dari lamanya mereka berkuasa dan peninggalan peninggalan sejarah mataram kuno yang masih ada hingga sekarang.

Sumber Klik Disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar